![]() |
Di Balik Kemewahan Brand Dunia: Benarkah Produk Luxury Dibuat di China. (Foto: Freepik) |
NexZine.id - Brand-brand mewah dunia seperti Louis Vuitton, Gucci, hingga Balenciaga identik dengan kualitas tinggi dan eksklusivitas. Namun, pertanyaan besar muncul di balik kemewahan tersebut: benarkah sebagian produk mereka diproduksi di China?
Rantai pasokan global yang rumit dan tidak transparan menjadi salah satu alasan sulitnya publik mengakses informasi terkait proses manufaktur barang-barang luxury. Meski sebagian besar merek besar mencantumkan label seperti “Made in Italy” atau “Made in France”, fakta di lapangan menunjukkan adanya peran besar produsen asal China dalam proses produksi, terutama dalam hal bahan baku dan pengerjaan awal.
Sejumlah laporan investigasi internasional menyebut bahwa banyak perusahaan luxury menggunakan fasilitas pabrik di China untuk memproduksi komponen seperti tas, sepatu, hingga pakaian. Setelah itu, komponen tersebut dikirim ke Eropa untuk proses akhir atau penyelesaian akhir (finishing) sebelum diberi label negara asal.
Menurut laporan dari Business of Fashion dan The Guardian, sistem ini disebut sebagai “subcontracting global” di mana proses produksi tersebar di berbagai negara dengan efisiensi biaya sebagai alasan utama.
“Banyak luxury brand tetap menjaga citra ‘Eropa’ mereka, padahal proses produksinya melibatkan tangan-tangan terampil dari negara Asia, termasuk China,” tulis Business of Fashion dalam salah satu artikelnya.
Kualitas Tak Selalu Ditentukan Lokasi Produksi
Perlu dicatat bahwa dibuat di China tidak selalu berarti kualitas rendah. Bahkan, beberapa pabrik manufaktur di negara tersebut dikenal memiliki standar kualitas tinggi dan tenaga kerja terampil. Sejumlah produsen ternama, termasuk Apple dan Nike, telah lama menggantungkan produksi mereka pada mitra di China.
Hal yang sama berlaku dalam industri fashion. Merek-merek seperti Prada dan Armani diketahui pernah memproduksi lini tertentu mereka di China untuk menghemat biaya tanpa mengorbankan kualitas.
Faktor Transparansi & Konsumen yang Kritis
Dalam era digital dan keterbukaan informasi, konsumen menjadi semakin kritis. Banyak yang kini mulai mempertanyakan etika bisnis dan kejujuran label dari brand-brand ternama. Permintaan akan transparansi rantai pasokan pun meningkat.
Beberapa brand mulai merespons tren ini dengan membuka informasi soal asal-usul produk mereka. Meski demikian, mayoritas masih memilih menutup detail rantai produksinya rapat-rapat.
***